Si pembawa lari uang perusahaan Jeffri sun akhir nya tertangkap di Malaysia !!


         Jefri Sun, perekrut 16 WNI sekaligus Supervisor Kasino Grand Dragon Resort akhirnya tertangkap, Senin(18/5/2015).
Jefri Sun ditangkap oleh otoritas Malaysia dan sudah diamankan di Kedubes Malaysia untuk Indonesia.
         "Betul saya sudah mendapat kabar dari NCB interpol Polri jika JS sudah ditangkap di Malaysia sekira pukul 16.30 Wib. Saat ini JS sudah diamankan di Kedubes Indonesia untuk Malaysia dan nantinya akan diserahkan ke kepolisian Kamboja untuk diperiksa," kata Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP. Z Pandra Arsyad.
          Namun bagaimana kisah pelarian Jefri melarikan uang perusahaan judi tersebut sejak 7 Mei hingga ditangkap, Pandra mengatakan belum tahu pasti karena yang melakukan penangkapan adalah pihak otoritas malaysia.
          Sebelumnya diberitakan, 13 WNI asal Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti diduga Disandera di Kamboja.

Seorang Pria Warga Selatpanjang,Kabupaten Kepulauan Meranti,Telah Melarikan Uang Perusahaan Sebesar 2 Miliar 100 Juta


           Kini Jeffry Alias Asan Termaksud buronan Yang sedang di Cari di Seluruh Indonesia Dan Diluar Negeri,Seorang pria kelahiran 5 April 1993.karna disebut Kasus Penyelundupan Uang perusahaan Sebesar 2Miliar 100juta.
Saat ini Pemilik perusahaan ini masih belum tahu keberadaan Jeffry alias Asan kabur Kemana.
Jeffry Alias Asan ini salah Satu warga Selatpanjang,kabupaten Kepulauan Meranti.
           Alamat Rumahnya Dijalan Beranak No.39 DiSelatpanjang.Kini Jeffry pun lagi dicari Keluarga teman temannya yang tidak tahu apa apa jadi ikut bersangkutan.pahadal Teman temannya diselatpanjang hanya mengenalin Jeffry Alias Asan di Perusahaan yang sama.
            Bagi  Yang Melihat Keberadaan Jeffry Alias Asan Dimana,harap Kerja samanya.Akan kami Berikan Imbalan Sebesar besarnya,Karna Puluhan nyawa Ada Ditangannya,thanks.
Jika Sudah tau Posisinya dimana,harap Hubungi Pemilik Perusahaan 0822 8246 8638

Perusahaan Alas kaki dan Sepatu Mem-PHK Karyawan Nya Kembali !!!


Keterlambatan ekonomi dunia ini berdampak sangat besar terhadap perusahaan industri sepatu atau alas kaki di Indonesia. Akibatnya banyak perusahaan sepatu dan alas kaki yang telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap ratusan ribu karyawan di seluruh Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Eddy Widjanarko menggatakan, setidaknya sebanyak 100 ribu orang lebih karyawan nya telah di PHK selama tahun 2015 ini .

"Tercatat sebanyak 27 perusahaan alas kaki dan sepatu telah mengeluarkan 100 ribu orang lebih karyawan nya. Itu telah terjadi di daerah Surabaya, Bandung, Bekasi, dan Tangerang," ucap Eddy Widjanarko saat berbicara dengan Liputan6.com, Jakarta, Minggu (3/5/2015).

Eddy pun memberikan alasannya, karena para pengusaha alas kaki sangat tertekan dengan upah minimum regional (UMR) yang terus naik setiap tahunnya secara signifikan.

Beban tersebut,terus menghajar perusahaan di pada saat ekonomi dunia tengah mengalami kesulitan. Ekspor alas kaki terus saja merosot, termasuk untuk penjualan di dalam negeri sehingga pendapatan para pengusaha mengalami penurunan.

"Penyebab kenaikan UMR, ekonomi di Eropa menjadi lesu. penjualan di dalam negeri saat ini sedang sepi, dan pada akhirnya stok jutaan pasang sepatu tidak dapat terjual. kita lihat saja seminggu lagi pasti barang-barang tersebut diobral," keluh Eddy.

Dia telah meramalkan bahwa kondisi pelemahan ekonomi dunia akan tetap masih berlangsung hingga pada beberapa tahun ke depan. Bahkan Eddy pun memprediksi potensi krisis akan dapat terjadi pada 3-4 tahun yang akan datang.

"Karena tidak nya ada uang yang beredar, di mana sekarang ini pengucuran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya bersifat sementara saja, dan akhirnya tidak ada lagi yang membeli produk kami di mal atau pusat perbelanjaan temapt lain. Lama-lama semua pusat pembelajaan akan tutup semua," tutur Eddy.

Dengan berlangsung nya keadaan ini, Eddy mengatakan, para perusahaan alas kaki akan kembali mem-PHK karyawan nya minimal 100 orang di tahun yang akan datang. "Ini karena kinerja pemerintah Joko Widodo sangat lamban selama enam bulan pertama ini , terutama untuk perusahaan industri padat karya," tegas Eddy