Heboh Tantangan Pegang Pusar



Beijing - Setelah dihebohkan dengan kompetisi bulu ketiak antarwanita di China, kini giliran game menyentuh pusar yang tengah marak di Negeri Tirai Bambu itu. Orang-orang rela bersusah payah melakukannya.

Caranya: berupaya memegang lubang menggunakan tangan kanan yang terlebih dulu melingkari pinggang di sebelah kiri.

Tantangan melakukan pose tersebut kini sedang ramai di media sosial China, Weibo. Ribuan orang berpartisipasi dengan mengunggah foto-foto mereka yang berhasil menyentuh pusar.

Tren yang jika diterjemahkan bertajuk "reaching your belly button from behind to show your good figure"  telah diposting lebih dari 130 juta kali oleh pengguna Weibo. Bahkan memicu 104 ribu diskusi terbuka.



"Lihat! Aku berhasil. Lebih dari 4 jam dan akhirnya aku bisa menyentuh pusarku," kata pengguna Weibo bernama alias GayleRabbit.

"Wah, kenapa tiba-tiba pusar saya terlihat dan terasa baru?" tulis pengguna lainnya.

Meski tren itu didominasi pengguna perempuan, sebuah foto yang diunggah pengguna lelaki juga mengejutkan komunitas Weibo.

"Apakah tren ini susah? Aku rasa tidak," kata pengguna Weibo bernama alias Sough Sa. Foto yang menunjukkan upayanya menyentuh pusar disukai 2.634 orang dan disebarkan lebih dari 8.452 kali.

Foto itu juga memperoleh lebih dari 2.000 komentar dari pengguna-pengguna lain.

"Apakah diperlukan tangan yang lentur? Atau pinggang yang ramping?" tanya pengguna bernama Chantilly623.

Beberapa pengamat mengatakan tren pusar di China mendorong kalangan muda untuk memiliki tubuh ramping dengan segala cara, termasuk dengan cara yang negatif.

"Foto-foto dengan berpose unik memang seru, tapi mereka juga bisa menjadi pemicu persaingan atau perasaan tidak percaya diri," kata Jolene Tan dari Aware, sebuah organisasi non-pemerintah di Singapura yang mempromosikan hak perempuan.

Menurut Tan, tantangan ini merupakan cara lain untuk menyoroti apakah sudah cukup bagus tubuh kaum hawa. "Kita harus melakukan lebih banyak cara lagi untuk mendukung keragaman bentuk tubuh perempuan," pungkas Jolene Tan.